===========================================================================================================================

Sabtu, 05 November 2011

Oleh: Imtihan asy-Syafi’i
Di antara shaum yang disunnahkan oleh Rasulullah saw. adalah shaum sembilan Dzulhijjah yang dikenal juga dengan shaum ‘Arafah. Dalil-dalil yang melandasinya adalah:
عَنْ أَبِى قَتَادَةَ الأَنْصَارِىِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ قَالَ : يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ
Abu Qatadah al-Anshari menyatakan bahwa Rasulullah saw pernah ditanya tentang shaum hari ‘Arafah. Beliau bersabda, ”Shaum ‘Arafah menghapus dosa (kecil) setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (Muslim, hadits no. 1162)
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وأَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنْ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ
Rasulullah biasa shaum pada hari kesembilan bulan Dzulhijjah, hari ‘Asyura, tiga hari setiap bulan, dan setiap Senin awal bulan dan hari Kamis. (Abu Dawud, hadits no. 2437)
عَنْ حَفْصَةَ قَالَت أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامَ عَاشُورَاءَ وَالْعَشْرَ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ
Hafshah ra berkata, “Empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan Nabi saw: shaum ‘Asyura, shaum al-‘asyru (sepuluh hari bulan Dzulhijjah), shiyam tiga hari dalam sebulan dan dua rakaat sebelum shubuh.” (An-Nasa`i, hadits no. 2418)
Dari ketiga hadits di atas, kebanyakan ulama berkesimpulan bahwa shaum ‘Arafah, shaum hari kesembilan, dan salah satu shaum sepuluh (sebenarnya sembilan, karena pada tanggal sepuluh Dzulhijjah kaum muslimin diharamkan mengerjakan shaum) adalah sama. Sama dalam arti pelaksanaannya lebih dikaitkan dengan tanggal sembilan Dzulhijjah daripada dengan wukufnya jamaah haji di ‘Arafah.
Pendapat ini dikuatkan dengan dua perkara, yaitu:
  • Fakta sejarah pensyariatan shaum ‘Arafah dan wukuf ‘Arafah. Para ulama sepakat, shaum ‘Arafah lebih dahulu disyariatkan daripada wukuf di ‘Arafah. Shaum ‘Arafah disyariatkan pada tahun kedua hijriah, sedangkan wukuf disyariatkan pada tahun keenam hijriah. Dari realita ini dapat disimpulkan bahwa setidaknya pada tahun ke-2,3,4, dan 5, Rasulullah saw dan para sahabat telah melaksanakan shaum ‘Arafah tanpa ada jamaah haji yang wukuf di ‘Arafah lantara haji belum disyariatkan. Maknanya, dapat dipastikan Rasulullah saw melaksanakan shaum ‘Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah berdasarkan rukyah penduduk Madinah dan sekitarnya.
  • Belum majunya teknologi transportasi dan informasi. Sejak tahun ke-6 dan seterusnya, haji memang sudah disyariatkan sehingga ada kemungkinan shaum ‘Arafah dikaitkan dengan pelaksanaan wukuf di ‘Arafah sejak tahun itu. Namun demikian, asumsi ini sulit diterima jika dikaitkan dengan belum majunya teknologi transportasi dan informasi pada waktu itu. Teknologi pada masa nubuwah hanya dapat memindahkan informasi dengan kecepatan rata-rata 40 km/hari. Jarak Mekah-Madinah yang sekitar 490 km membutuhkan setidaknya 12 hari untuk penyampaian informasi rukyah penduduk Mekah ke Madinah. Untuk melaksanakan shaum ‘Arafah dan berhari raya ‘Idul ‘Adhha tidak mungkin Rasulullah saw dan para sahabat menunggu kabar dari Mekah yang baru tiba pada tanggal 12 Dzulhijjah.
Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar