Siapa Suka Berjumpa Dengan Allah, Allah Suka Berjumpa Dengannya
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala piji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada hamba dan utusan-Nya, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Setiap mukmin wajib cinta kepada Tuhannya, Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dia juga wajib mengharapkan kecintaan dari-Nya. dan ini yang lebih
penting. Dia juga wajib yakin, hari perjumpaan dengan-Nya pasti adanya.
Yakni saat Allah memberikan balasan dari amal-amal perbuatan hamba-Nya
sesudah mereka dibangkitkan dari kuburnya. Karenanya, ia senantiasa
menyiapkan segala sesuatunya untuk perjumpaan tersebut.
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
"Barang siapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. Al-Kahfi: 110)
Maksudnya: Siapa yang berharap pahala
dari Allah dan balasan baik saat berjumpa dengan Allah Ta'ala di
akhriat, maka hendaknya ia beramal yang shalih, yaitu: amal yang sesuai
dengan syariat Allah. Syaratnya lagi, dalam beramal shalih tersebut ia
hanya berharap wajah Allah Ta'ala semata yang tiada sekutu bagi-Nya.
Keduanya ini, menurut Ibnu Katsir, adalah rukun amal yang diterima. Amal
tersebut haruslah ikhlas untuk Allah dan benar sesuai syariat
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. (lihat Tafsir Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat di atas).
. . . Rukun amal yang diterima: Amal tersebut haruslah ikhlas untuk Allah dan benar sesuai syariat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. (Ibnu Katsir)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ
"Siapa suka berjumpa dengan Allah,
maka Allah suka berjumpa dengan-Nya. dan siapa yang benci dengan Allah
maka Allah benci berjumpa dengannya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Syaikh Ibnu Al-'Utsaimin rahimahullah berkata,
"Seorang mukmin meyakini apa yang Allah janjikan di surga bagi
hamba-hamba-Nya yang beriman berupa ganjaran yang besar serta karunia
yang luas, maka iapun mencintai hal ini, dan jadilah dunia terasa ringan
baginya dan ia tidak perduli kepada dunia karena ia akan berpindah
kepada surga yang lebih baik dari dunia. Tatkala itu iapun rindu bertemu
dengan Allah, terutama tatkala datang ajal, iapun diberi kabar gembira
dengan keridhaan dan rahmat Allah, iapun rindu berjumpa dengan Allah."
(Syarah Riyaad Al-Shalihin)
Maka diantara doa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah
وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ
"Dan aku memohon kepadaMu keledzatan memandang wajahMu, dan kerinduan untuk berjumpa denganMu." (HR An-Nasaai, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Namun sebaliknya, orang yang lalai dari
akhirat dan tidak berharap pahala Allah saat perjumpaan dengan-Nya, ia
disibukan dengan dunia dan puas dengannya, maka Allah juga tidak suka
berjumpa dengannya, tidak sudi memberikan ampunan dan rahmat kepadanya.
Allah Ta'ala menerangkan orang-orang semacam ini dalam firman-Nya,
إِنَّ
الَّذِينَ لا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ
أُولَئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang tidak
mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa
puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu
dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan." (QS. Yunus: 7)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
"Firman Allah Ta'ala ini mengabarkan tentang keadaan orang-orang
celaka, yaitu mereka yang kufur (ingkar) terhadap perjumpaan dengan
Allah pada hari kiamat. Tidak berharap apapun dalam perjumpaan itu.
Mereka puas dengan kehidupan dunia ini dan jiwa mereka merasa tentram
terhadapnya."
Mereka itu adalah orang-orang yang tidak
berharap perjumpaan dengan Allah, bahkan berpaling darinya dan boleh
jadi sampai mendustakannya. Mereka puas dengan dunia sebagai ganti dari
akhirat. Cenderung kepada dunia dan menjadikannya sebagai tujuan
hidupnya dan puncak dari cita-citanya. Mereka mengusahakan apa saja
untuk memperolehnya dan mati-matian untuk merengguh kenikmatan dan
kesenangannya dengan cara apapun. Mereka curahkan segala obsesi, niat,
pikiran dan tenaga untuknya. Seolah-olah mereka diciptakan untuk kekal
di dalamnya. Seolah-olah dunia bukan tempat berlalu yang dijadikan
tempat berbekal oleh para pemudik kepada negeri kekekalan. (diringkaskan
dari Tafsir Taisir al-Karim al-Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir
al-Sa'diy)
. . . orang yang lalai dari akhirat dan tidak berharap pahala Allah saat perjumpaan dengan-Nya, ia disibukan dengan dunia dan puas dengannya, maka Allah juga tidak suka berjumpa dengannya, tidak sudi memberikan ampunan dan rahmat kepadanya. . .
Nasib masing-masing golongan tersebut
sudah dapat dirasakan saat mereka menghadapi kematian. Orang-orang
beriman yang yakin dan berharap perjumpaan dengan Allah akan menghadapi
kematian dengan kebahagiaan karena mendapat kabar gembira dengan rahmat,
keridhaan, kemuliaan, dan surga Allah sesudah kematian. Sebaliknya,
orang-orang kafir terhadap hari perjumpaan tersebut akan mendapat kabar
buruk dengan murka dan siksa Allah yang dahsyat sehingga ia sangat benci
dengan kematian karena mengetahui apa yang akan diperolehnya sesudah
kematian.
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ
"Siapa suka berjumpa dengan Allah,
maka Allah suka berjumpa dengan-Nya. Dan siapa yang benci dengan Allah
maka Allah benci berjumpa dengannya."
Kemudian Aisyah menuturkan: "Aku
bertanya: Wahai Nabi Allah, apakah itu maksudnya juga benci kematian,
padahal setiap kita membenci kematian? Lalu beliau menjawab, "Bukan
seperti itu maksudnya. Tetapi seorang mukmin apabila (menghadapi
kematian) ia diberi kebar gembira dengan rahmat Allah, keridhaan, dan
surga-Nya sehingga ia suka berjumpa dengan Allah lalu Allah suka
berjumpa dengannya. Dan sesungguhnya orang kafir apabila (menghadapi
kematian) dengan siksa Allah dan kemurkaan-Nya maka Allah ia benci
berjumpa dengan allah dan Allah pun benci berjumpa dengannya"." (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam saat menghadapi kematian mengatakan, "Ya Allah aku memilih teman tertinggi." Menurut penuturan Aisyah, saat itu Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
sedang diberi pilihan antara tetap hidup di dunia atau meninggal dan
berjumpa dengan Allah. Kemudian beliau memilih kematian karena
mengutamakan akhirat daripada dunia. Lalu Al-Hafid Ibnul Hajar
mengomentari, "Maka selayaknya meniru beliau dalam hal itu." Yakni
menjadikan akhirat sebagai tujuan hidup dan lebih mengutamakannya atas
dunia. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar