===========================================================================================================================

Kamis, 07 Juni 2012


TAJRIBAH

Simpul Mati Cinta Sejati
 
Inilah sepotong kisahku yang pernah tertipu. Entah dari mana cintaku bermula. Sebenarnya dia biasa-biasa saja. Akan tetapi justru keluguan dan kelembutannya yang membuatku terperdaya. Perkataanya manis dan santun, perhatiannya begitu berarti hingga aku lupa diri.

Bermula dari TPA

Rasa itu, menembus hati ini begitu lembut namun pasti. Awalnya hanya obrolan tentang masjid dan TPA. Dia memeng partner yang baik, mau diajak berjuang dan mengerti keadaanku. Di saat diri ini gundah, dia hadir membwa ketenangan. Entah dari mana datangnya, rasa suka mulai bersemi di hati kami.

Dan rindu pun mulai hadir. Sesibuk apapun aku tetap berangkat ke TPA, dan walau santrinya hanya beberapa orang saja. Harapan bertemu selalu menggebu. Entah kenapa pula, mata pun tak terkendali mencuri-curi pandang saat dia tertatih-tatih  mengajar iqra’ adik-adik TPA. Indan nan sejuk wajahnya ketika tertunduk. Barangkali itulah hiasan setan  yang telah memperdayaku saat itu.

Pernah terjadi, saat belum sempat aku memalingkan pandanganku, keburu dia menatapku. Duerrr…, pandangan kami oun bertemu dan entah berapa ratus juta panah setan menghajar hatiku dengan telak. Aku yang sedang terpesona, menjadi semakin parah.

Saat  itu aku sangat berharap, semoga harapanku tidak bertepuk sebelah tangan. Kemudian terbawalah ini semua ke dalam setiap doaku, mudah-mudahan inilah cinta sejatiku. Ck…ck…ck…

Ada bunga dalam hatiku

Semakin hari kecenderungan itu semakin menjadi, dan jalinnanya pun semakin menemukan bentuk yang lebih pasti. Di sela-sela kesibukan aktifitasnya, sering kali dia membawakanku makanan kecil untuk kami makan berdua setelah mengajar TPA. Kalau sudah begitu, dunia pun terasa milik kami berdua. Khalwat atau bukan…namanya saja belum tahu.

Setelah aku yakin bahwa sebenarnya diapun memendam rasa yang sama seperti yang aku rasakan, Akhirnya dengan hati yang berdetak dan lidah yang tersendat-sendat aku beranikan untuk mengatakan “I LOVE YOU”. Saat itulah aku baru tahu kalimat itu menembus kalbuku. Ada perasaan lega, takut dan harap, saat tergopoh-gopoh mengucapkan kata itu padanya. Wajahku merah padam, jantungku berdetak kencang dan keringat dingin membasahi tubuhku. Hebohnya lagi, iapun menerimaku. Sungguh sulit untuk menggambarkan serunya hatiku saat itu. Ada persaan bahagiayang bersemayam menyelimuti hatiku. Laksana embun pagi yang memberikan kesejukan bagi rumput-rumput yang dahaga. Saat itupun aku berharap bahwa ia menjadi pendampingku selamanya.

Kerudung Tanda Cinta

Walau aku belum tau banyak akan agama ini, tetapi aku lebih senang berjilbab. Dalam pandanganku, wanita yang berjilbab lebih nampak terhormat. Yaa, begitulah. Walaupun aku ini remaja kampong, sedikit banyak aku sudah tahu bahwa pakaian jilbab adalah wajib bagi muslimah.

Dia, yang meskipun aktifis TPA, namun masih sering atau tidak berjilbab bahkan keluar rumah atau disekolah. Aku pernah memberikan kerudung padanya sebagai rasa menaruh hati padanya. Aku juga pernah melarangnya bersolek supaya tidak menimbulkan fitnah.

Dia memang penuh perhatian. Semua perintahku diturutinya dengan baik. Semenjak dia lulus sekolah, kesehariannya selalu memakai jilbab.Bahkan diapun mau memakai kaos kaki untuk menutupi auratnya. Benih yang telah bersemi dalam hatiku pun sering tumbuh seiring sikap taatnya terhadap nasehatku.

Akhirnya diapun meninggalkanku

Hampir dua tahun kebersamaan kami berjalan tanpa problema. Kami bisa saling memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing. Walaupun umurku hampir 3 tahun lebih muda darinya. Alih-alih menyitir umur ibunda khatijah yang terpaut jauh saat menikah dengan Rasulullah.

Dia adalah anak semata wayang yang sangat didamba orang tuanya. Sudah menjadi kebiasaan orang-orang desa, apabila sudah lulus SMA buru-buru disuruh nikah. Dan datanglah tiba saat yang tidak pernah aku duga menjadi akhir dari semua harapanku terhadapnya. Dia diharuskan menikah dengan laki-laki pilihan kedua orang tuanya. Semula ia menolak keinginan ayahnya, sebab ia ingin memilih calonnya sendiri. Namun akhirnya tak terelakkan, bahwa ia harus mematuhi kehendak orang tua yang sudahterikat perjanjian dengan calon besannya.

Ya Allah, hanya engkau yang tahu bahwa sebenarnya hati ini menangis dan tersayat-sayat. Hanya Engkau yang tahu bahwa jiwa ini meronta saat harus melupakannya. Bukan hal mudah untuk melupakan kenagan bersamanya. Akan tetapi ada yang lebih membuatku sedih lagi, ternyata dia memakai jilbab hanya karena diriku. Setelah menikah justru tidak pernah memakainya lagi. Atau karena tidak ada lagi yang mau mengingatkan dan mendidiknya untuk itu. Ya Allah berilah hidayah kepadanya dan ampunilah dosaku selama ini.

Dan akupun dapat pengganti

Semula aku tak percaya bisa menyembuhkan luka dalam hati ini. Namun seiring aktifitasku untuk mengaji, maka mulailah aku bisa menepis duka itu dengan ilmu yang sedikit demi-sedikit membukakan jalan terangbagi hatiku dari kegelapan. Seiring itu pula aku mulai mengenal bangsa ikhwan. Dengan tulus mereka memberikan nasehat, menguatkan tekad untuk berbuat yang terbaik bagi hidup dan perjuangan.

Ya Allah dalam heningnya malam aku menagis tersedu di hadapan Mu. Dengan membawa segunung dosa aku mengetuk pintu ampunanmmu. Akutahu rahmatMu mendahului murkaMu.

Ada bahagia dalam kehangatan yang menyelimuti kalbuku. Indahnya sulit kuungkapkan dengan kat-kata, saat tetes-tetes mata membasahi pipi mengiringi penyesalan atas kebodohanku selama ini. Kini akupun sadar bahwa selama ini aku tertipu oleh cinta yang palsu. Entah kenapa, selama ini aku begitu mudahnya masuk dalm perangkap setan dan mengikuti hawa nafsu yang enyesatkan. Namun aku bersyukur Allah masih berkenan menyelamatkanku.

Dulu aku terluka karena kehilangan. Tetapi kini aku berduka karena menduakan cintaNya. Dulu bersamnya membuat hati berbunga. Tapi kini kenangan bersamanya adalah ingatan akan dosa-dosa.. Astaghfirullah…

Kini, telah kutemukan cinta sejati ini di hadapanMu, cinta yang begitu lembut dan terlalu mesra untuk dilupakan walau hanya sedetik saja. Tak kulepas dekapan cinta ini walau sedetik saja. Tak ku lepas dekapan cinta ini selamanya, karrena inilah cinta abadi. Meski tubuh ini hancur tiada.

Ya Allah jangan engkau palingkan hati ini kepada cinta selainMu. Karena aku telah pasrah jiwa raga untukMu. Akan aku jadikan cinta ini berpahala di sisiMu. Selamanya…

Abdurahman ‘Azzam H. – Klaten
 Aku tulis ini kepada setiap aktifis muslim untuk waspada dari syirik cinta yang sangat lembut menembus dada.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar